Kritik Interpretatif


PENGERTIAN KRITIK INTERPRETATIF

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 metode kritik interpretatif :

A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.

C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.

CONTOH KRITIK INTERPRETATIF – METODE EVOKATIF
GEDUNG KOMUNITAS SALIHARA

Komunitas Salihara adalah sebuah pusat seni yang berkiprah sejak 08 Agustus 2008, dan pusat seni multidisiplin swasta pertama di Indonesia. Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas empat unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, Anjung Salihara dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Sementara Sejak 2014 Kompleks Salihara diperluas dengan bangunan baru: Anjung Salihara. Di dalamnya terdapat Studio Tari, Studio Musik, Wisma Seni, Ruang Serbaguna dan Teater Anjung.

sumber: internet

Gedung Komunitas Salihara menggunakan gaya industrial kontemporer. Mengungkapkan kejujuran pada tiap sisi bangunan. Berada di lahan yang terbatas, bentuk bangunan yang hampir keseluruhannya tanpa sudut menciptakan keselarasan antar bangunan dengan bangunan sekitarnya. Efek kejujuran dari material yang sengaja di ekspos juga memberikan kesan ramah dan hangat bagi pengunjung yang merasakannya apabila berada di sekitar bangunan.



Bangunan terluar dekat dengan pintu masuk utama digunakan sebagai tempat komersil. Terdapat cafe dan penjualan karya-karya seni yang dapat dibeli oleh pengunjung. Material kaca memberikan suasana menyatu dengan alam sekitar, dimana banyak terdapat pohon-pohon meskipun berada di tengah padatnya penduduk dan jalan raya.


Keunikan gedung juga di tonjolkan dengan karya para seniman yang membuat ornamen buatan tangan berupa gurita raksasa diatas gedung. Karya tersebut tidak abadi dan monoton itu-itu saja, namun di ganti-ganti sesuai dengan acara tertentu.


Diatas bangunan terdapat rongga untuk ventilasi udara sehingga pengunjung di dalam akan tetap merasakan kesejukan meski ac tidak di nyalakan. Selain itu atap yang berbentuk sirip dengan kemiringan tertentu dapat menjadi salah satu hal untuk mengalirkan air ke salurannya yang berasal dari hujan.




Bangunan yang ramah lingkungan dan menyatu dengan alam sekitar. Dengan membiarkan tumbuhan tumbuh secara bebas di sekitar bangunan memberikan suasana asri dan sejuk meski pada siang hari.


Detail ornamen pada bangunan selain menciptakan keunikan pada bangunan namun juga memiliki fungsi yang tidak kalah pentingnya, yaitu untuk penghawaan dan pencahayaan.


Tidak hanya berbicara pada fungsi bangunan arsitektur itu sendiri, keindahan dari seni yang memiliki arti tersendiri menambah nilai keunikan yang tidak akan ada pada bangunan yang lainnya, khususnya pada bangunan galeri seni.




Terdapat ruang untuk berkumpul dan berdiskusi dibagian barat bangunan. Terasa sejuk dan nyaman meskipun berada di luar ruangan. Penggunaan material kayu pada lantai dan furnitur nya menyatu dengan bangunan yang materialnya terekspos semen. Disamping tempat duduk terdapat kolam buatan yang semakin membuat pengunjung yang duduk disana merasakan nyaman dan tenang.

Akhir kata, Gedung Galeri Salihara merupakan tempat yang sangat nyaman untuk di kunjungi. Selain bentuk arsitekturnya yang jujur dan fungsional, banyak area-area yang asyik untuk di datangi hanya sekedar berdiskusi maupun hunting foto.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUTAN KOTA UNIVERSITAS INDONESIA

Kritik Impresionis